Minggu, 23 Mei 2010


Akar dan orientasi kultur masyarakat Barat adalah materialisme. Mereka menilai dan membuat indikator hidup dari sisi materialistis. Atas dasar ini tidak mengherankan jika mereka mempunyai ungkapan bahwa ‘hidup’ dimulai pada umur 40 tahun. Life begins at 40.

Dalam tradisi Islam, umur manusia diklasifikasikan menjadi 4 periode, yaitu 1) periode kanak-kanak atau thufuliyah (masa kelahiran sampai umur baligh), 2) periode muda atau syabab (umur baligh sampai 40 tahun), 3) periode dewasa atau kuhulah (40-60 tahun), dan 4) periode tua atau syaikhukhah (60-70 tahun).

Islam memberi perhatian kepada umur 40 berbeda secara diametrikal dengan budaya Barat. Umur 40 tahun mendapat perhatian khusus dari Alquran. Dalam Surat Al Ahqaf [46] ayat 15 Allah berfirman:
”Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah kau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Dalam surat tersebut setidaknya terdapat empat indikator kemuliaan manusia yang seharusnya menjadi identitas orang yang mencapai umur 40 tahun, yaitu bersyukur, beramal shalih, bertaubat, dan berserah diri.

Bersyukur kepada Allah atas karunia umur yang mengantarkannya mencapai angka 40. Bersyukur atas kenikmatan hidup yang telah dianugerahkan Allah baik berupa kenikmatan material maupun nikmat anak keturunan (dzuriyat). Bersyukur sesuai hakikat bahwa semuanya karena kehendak yang mengikuti nilai-nilai kebaikan yang dikehendaki Allah dan dicontohkan dalam kehidupan Rasul dan para sahabat.

Bertobat disertai kesadaran bahwa manusia mempunyai kalbu yang berbolak-balik antara tarikan kebaikan dan keburukan. Bertobat disertai perenungan dan perhitungan apakah di usia 40 tahun lebih berat kebaikannya atau keburukannya. Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadisnya :
”Sesiapa yang mencapai umur 40 tahun dan dosanya lebih berat dari amal baiknya maka bersiaplah memasuki neraka.”

Berserah diri, merupakan permulaan yang pas untuk menapaki usia 40 tahun. Dengan demikian umur 40 tahun dipandang sebagai pencerahan kejiwaan, gerbang cahaya menuju kehidupan yang lebih mulia.
Umur 40 tahun, mencakup interval 35-50 tahun, merupakan terminal bagi manusia yang amat penting. Ada apa dengan umur 40 tahun? Mengapa nabi-nabi diutus ketika usia mereka genap 40 tahun? Mengapa Kitab Suci al-Qur’an secara spesial menyinggung umur 40 tahun ini? Mengapa prestasi seseorang baru diakui ketika umurnya mencapai 40 tahun?

Tapi, akankah kehidupan baru dimulai di usia 40? Kendati Islam mengajarkan setiap detik yang dimiliki beharga untuk menghiasi kehidupan ini dengan amal kebajikan, agaknya, pejalan ruhani pun memaknai (usia) 40. Sayid Muhammad Mahdi Thabathaba’I Bahrul Ulum di bukunya As-Sair Wa As-Suluk (Penerbit Lentera) mengungkapkan, Muhammad diangkat sebagai rasul pada usia 40. Berkaitan dengan usia 40 ini, ia mengutip sebuah riwayat, ”barangsiapa yang telah mencapai usia 40 tahun dan belum mengambil tongkat, maka ia telah bermaksiat.” Takwil tongkat ialah bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju akhirat.

Sahabat Qotadah berkata, “Bila seseorang telah mencapai usia 40 tahun, maka hendaklah dia mengambil kehati-hatian dari Allah azza wa jalla.” Khalifah Umar bin Abdul Azis menyatakan, “Telah sempurnalah hujjah Allah atas manusia yang berumur 40-an tahun” dan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. mengingatkan, “Manusia itu sama tidur, dan ketika mati, mereka baru terbangun sadar.”
(Ahmad Syarifuddin, 2009)

0 komentar:

Posting Komentar