Jumat, 07 Agustus 2015

Suatu ketika dalam sebuah perjalanan, Ibrahim bin ‘Adham, seorang 'alim, hendak membuang hajat di toilet umum. Serta merta, beliau mendatangi petugas yang berjaga di dekat pintu masuk toilet. Lantaran terburu-buru, beliau dicegat oleh penjaga yang tidak mengenalinya itu,

“Hai, Bapak Tua! Mau kemana? Bayar dulu sebelum masuk! Tidak sopan", begitu kata si penjaga dengan pongah dan berlaku tak santun.

Ibrahim bin ‘Adham terdiam sejenak. Lalu, meneteskan air mata. Kemudian menangis. Penjaga yang pongah itu malah kebingungan. Ditagih uang masuk toilet, kok malah menangis? Begitu pikirnya. Lantas dengan bahasa yang tak kalah pongahnya, penjaga itu kembali melancarkan penghakimannya,
“Oya, Pak Tua! Kau pasti tidak punya uang. Sehingga menangis ketika kutagih uang masuk toilet. Kalau begitu, masuk sajalah. Tak usah bayar. Kasihan.”

Belum selesai secara sempurna ucapan penjaga toilet yang pongah itu, Ibrahim kemudian menjawab,
“Maaf, tuan. Aku menangis bukan lantaran tidak bisa membayar uang masuk toilet,” jawab ulama’ itu santun.
“Lantas, apa yang membuatmu menangis?” sambar sang penjaga.
“Aku menangis karena mengingat satu hal. Jika masuk toilet yang kotor ini saja ada tarifnya, lalu berapa banyak tarif yang harus kubayarkan jika aku ingin masuk ke dalam surganya Allah?”, jawabnya santun. Tapi mengena. Si penjaga pongah itu hanya terdiam. Malu yang bertambah-tambah.

0 komentar:

Posting Komentar